Bagianku
atau Bagiannya?
Mungkin
anda pernah mendengar ungkapan yang berkata, "Kerjakan saja bagianmu dan
biarkan Tuhan melakukan bagianNya dalam hidupmu?" Kalau anda belum pernah
mendengar kalimat itu, maka saya ucapkan banyak selamat, karena anda termasuk
orang yang tahan banting. Kenapa begitu? Karena biasanya orang yang mendengar
kalimat di atas tadi, pasti dalam bentuk nasihat untuk dirinya, saat sedang
bingung. Atau istilah sekarang "SEDANG GALAU".
Sebaliknya
kalau anda menyatakan sangat sering menerima kalimat tadi entah dari Hamba
Tuhan, Orang Tua, Teman, Sahabat, atau siapa pun, maka anda juga termasuk orang
yang tahan banting. Kok bisa ya dapat nasihat ini terus...
Kemarin,
entah lagi mujur atau apa, saya juga membaca kalimat ini di "status"
seorang teman di salah satu Jaringan Sosial. Saya membayangkan kira-kira
keadaan seperti apa yang dia alami hingga menuliskan status seperti ini. Dan
apakah status itu ditulis sebagai isi hatinya atau justru menuju ke orang lain.
Biasanya kan
orang suka jadi pintar di dunia maya dan bisa menasihati orang lain juga.
Sedikit
koreksi saja, tapi kalimat ini sebenarnya sedikit banyak menggambarkan
keegoisan kita sebagai manusia, termasuk saya juga. Memang terdengar indah dan
sangat wajar ketika kita melakukan hal yang menjadi bagian kita serta Tuhan
juga melakukan bagiannya. Tapi di saat Tuhan sudah melakukan bagianNya, justru
kita yang tidak mau atau bahkan menolak melakukan bagian kitaAda yang keberatan
dengan pandangan ini ?
Sebagai
contoh, Seorang lulusan perguruan tinggi yang sedang mencari pekerjaan
berkonsultasi dengan pendetanya. Dia juga sekalian mohon topangan doa dari
pendeta agar Tuhan mau membuka jalan dan memberikan pekerjaan yang terbaik
sesuai dengan keinginannya. Ketika Pendeta bertanya, memangnya belum ada berkas
lamarannya yang diterima? Si anak muda menjawab, dia sudah pernah dipanggil
bahkan dinyatakan lulus dalam sebuah wawancara untuk sebuah posisi pekerjaan.
Tapi dia yang mengundurkan diri karena posisi jabatan yang diberikan tidak
sesuai dengan posisi yang dia lamar.
Pak
Pendeta pun mengajak dia berdoa agar Tuhan "memberikan jalan serta si anak
muda mendapatkan pekerjaan yang dia impikan". Di akhir pembicaraan,
Pendeta memberikan nasihat dengan bijak "Lakukan bagianmu dan biarkan
Tuhan melakukan bagianNya dalam rencana pekerjaan ini."
WOW!
inilah tanda kemunculan rasa egois kita. Si pemuda menganggap kalau Tuhan belum
menjawab doanya dalam mencari pekerjaan, hanya karena posisi yang tidak sesuai
dengan apa yang dia doakan. Betapa dangkalnya pemahaman iman si pemuda tentang
cara kerja Tuhan. Bukankah Tuhan sudah melakukan bagianNya? Tuhan sudah mulai
buka jalan. Tuhan sudah memberi pekerjaan padanya. Tapi si anak muda sendiri
yang tidak mau melakukan bagiannya. Dari mana dia tahu kalo pekerjaan dengan
posisi yang dia dapatkan bukan yang terbaik hanya karena posisi yang tidak
sesuai dengan keinginannya? Apakah Tuhan memberikan pekerjaan yang buruk?
Contoh
ini mungkin sederhana, tapi percayalah kalau banyak dari kita yang bersikap
seperti pemuda ini. Berdoa minta kerja tapi mundur saat diterima di pekerjaan
yang tidak sesuai selera. Berdoa minta pacar, maunya yang mirip artis. Terus gaya dan sikapnya bikin
orangillfeel. Ada
juga yang berdoa minta lulus dalam studi, tapi saat ada tugas rumah malah malas
dikerjakan serta sibuk dengan berbagai aktifitas yang mengganggu jam studi.
Belum lagi orang yang ingin naik gaji serta jabatan bagus di pekerjaan dan dia
berdoa untuk itu. Tapi setiap hari pulang sebelum jam kerja selesai, pekerjaan
sering ditunda, kalau pun selesai pasti melebihi waktu yang diberikan.
Dalam
kejadian seperti ini maka sebenarnya kitalah yang menggagalkan jawaban dari doa
kita sendiri. Sadar atau tidak, kita punya andil yang sama dengan Tuhan apabila
kita ingin melihat atau menerima jawaban doa kita. Di samping dalam beberapa
hal doa kita dijawab Tuhan dengan jawaban 'Tidak' atau 'Tunggu', maka kita
lebih sering menolak jawaban doa yang sudah Tuhan berikan hanya karena tidak
sesuai dengan keinginan hati kita.
Jadi
jangan pernah meragukan jawaban doa dari Tuhan tapi beranikah kita melakoni apa
yang Tuhan berikan? Yang pasti ketika Tuhan menjawab doa, maka Dia tidak akan
memberi ular pada anakNya yang minta Roti. Tuhan Yesus memberkati anda yang
sedang membaca tulisan ini. Jangan lupa share ke teman-teman yang lain jika
merasa diberkati dengan tulisan ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar